Saturday, November 22, 2008

Kesalahan umum dalam penulisan

Setiap orang, mungkin pernah diajarkan menulis. Baik secara formal maupun informal. Saat ini, rasanya lebih dari 80% masyarakat Indonesia yang berusia di atas 15 tahun, mampu menulis apa yang ada dalam fikirannya.

Belakangan ini saya mengamati cukup banyak tulisan yang salah. Baik dalam tatacaranya, maupun penulisannya. Sebagai contoh, kita mungkin sering melihat tulisan "DISAIN" yang disadur dari bahasa Inggris Design. Di dalam kamus bahasa Indonesia, saya tidak menemukan kata tersebut. Saya menemukan kata "DESAIN" yang memiliki arti : kerangka bentuk atau rancangan.

Contoh lain yang cukup sering kita jumpai adalah tulisan untuk kata Foto yang bermakna gambar atau potret. Kata ini sering dituliskan dalam kata Photo, Fhoto, atau Poto.

Berikut ini beberapa kata yang sering saya jumpai dan kata yang seharusnya :

"Kamu tinggal dimana ?" seharusnya "Kamu tinggal di mana?"
(tanda baca "?" seharusnya tanpa spasi, sama seperti tanda baca titik "." atau tanda baca lainnya seperti ; ,( ) atau ! )

"Aktifitas" seharusnya "Aktivitas"
(Asal kata Aktif, jika ditambahkan kata itas yang berubah menjadi kata sifat huruf terakhir berubah dari F menjadi V)

"Antar Bangsa" seharusnya "Antarbangsa"
(Satu suku kata. Kecuali kalau yang dimaksudkan adalah kata "antara bangsa")

"Bapak/ Ibu" seharusnya "Bapak/Ibu"

"Di masa mendatang" seharusnya "Dimasa mendatang"

"Frekwensi" seharusnya "Frekuensi"

"Handal" seharusnya "Andal" menjadi diandalkan bukan dihandalkan

"Jum'at" seharusnya "Jumat" Hari keenam, penekanan pada pengucapan tidak pada penulisan

"Kodya" seharusnya "Kodia"

"Kotamadya" seharusnya "Kotamadia"

"Kwitansi" seharusnya "Kuitansi"

"Menyintai" seharusnya "Mencintai"

"Menyolok" seharusnya "Mencolok"

"Nomer" seharusnya "Nomor"

"Olah raga" seharusnya "Olahraga"

"perlembar" seharusnya "per lembar"

"Photo Copy" seharusnya "Fotokopi"

"Pra Sejarah" seharusnya "Prasejarah"

"Rp." seharusnya "Rp" (Rp adalah Lambang mata uang Indonesia, sama seperti $ (dollar) atau RM (ringgit) dan bukan singkatan dari Rupiah. Seperti $ bukan singkatan dari Dollar. Jadi Tanpa TITIK.)

"Standard" seharusnya "Standar"

Masih banyak lagi yang lain. Mudah-mudahan kita akan semakin hati-hati dalam menulis


Salam
Sukardi Arifin

Read more...

Wednesday, November 19, 2008

Ke Malaysia Bersama Easy Pha-Max (Day Two)


Di Malaysia Bersama Easy Pha-Max (Day Two)

Hari kedua dari serangkaian perjalanan ke Malaysia, kami masih di Kajang - Negeri Selangor. Salah satu negara bagian kerajaan Malaysia. Seperti kemarin, hari ini kami harus bangun lebih pagi. Menurut panitia, skedul cukup padat. Walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 6.30, matahari Malaysia belum menampakkan sedikitpun kegagahannya. Katanya, matahari disini sedikit lebih malas dibanding di Jakarta. Matahari nya terlambat 1 jam.

Country Height Resort tempat kami menginap pada malam pertama, kurang lebih sama dengan Bukit Sentul di Jawa Barat. Berada di sisi jalan tol dan hanya ada 1 akses menuju ke luar resort. Ya, hanya via jalan tol. Jadi kalau anda memiliki motor, mungkin akan lebih banyak untuk digunakan di dalam area resort.

Setiap unit resort, terdapat 3 kamar tidur. 1 kamar tidur hanya tersedia 2 mini bed. Artinya, 1 kamar maksimal diisi oleh 2 orang. Fasilitas yang disediakan sama dengan hotel bintang 2. Sabun, handuk, shampoo, dan lainnya. Hanya saja, untuk 6 orang fasilitas lainnya terasa tidak memadai. Karena hanya ada 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 TV, tidak ada Hot Spot dan parahnya tidak ada line telepon. Mungkin sesuai dengan harganya yang hanya RM1.800- RM2.000 for rent selama satu bulan.

Sebanyak tiga bus yang mengantar perwakilan dari Indonesia menuju PutraJaya International Convention Center (PICC). Kalau setiap bus isinya 40 orang, totalnya sekitar 120 orang. Dalam perjalanan, ada 1 hal yang cukup menarik. Batas kecepatan dituliskan angka 70 dalam lingkaran merah. Lalu dibawahnya dituliskan KM/J. Apanya yang menarik? Pertama, mereka kalah ngebut sama orang Indonesia. Di Indonesia angkanya 80. Kedua, di Indonesia, angka itu tidak dijelaskan apakah batas kecepatan untuk setiap detik, menit atau jam? Jadi tidak heran kalau ada saja yang memacu kendaraan hingga 160 km/jam di jalan tol. Mungkin mereka menganggap, bahwa batas kecepatan yang diperbolehkan adalah 80 km per 30 menit. Untuk hal ini Malaysia lebih informatif dan komunikatif.

Rombongan dari Indonesia tiba dibelakang rombongan dari China. Tidak main-main, China mengirimkan rombongan sebanyak 10 bus. Lalu rombongan dari Trinidad & Tobago, Thailand, Philipina, Hongkong, India, USA dan terakhir rombongan dari Malaysia. Peserta The 2nd Global Bio-Herbs Economic Forum ini dihadiri sedikitnya 3000 peserta dari 8 negara. Para cleaning service, juru parkir, apalagi receptionist dan para panitia mampu melayani semua peserta. Sekali lagi, kemampuan bahasa. Mereka bisa berbahasa Mandarin, Melayu dan Inggris dengan kualitas yang sama.

PICC berada di wilayah Putrajaya (di ambil dari nama perdana menteri pertama kerajaan Malaysia). Putrajaya adalah kota baru, mungkin seperti BSD di Tangerang. Dengan jumlah penduduk sekitar 500.000 jiwa, Putrajaya nampak lengang bahkan sepi. Hanya ada 8-10 kendaraan yang berseliweran di jalan-jalan utama. Pemerintah diraja Malaysia, memindahkan semua kantor pemerintahannya ke kota ini. Kantor perdana menteri, dibuat berdekatan dengan Wisma Tani, Jabatan Pendataan Negara dan Istana Kehakiman. Kemudian semua kantor departemen dibuat berjajar dan berhadapan. Laksana lorong menuju kantor Prime Minister.

Kegiatan Forum pada pagi hari dimulai dengan beberapa kata sambutan. Forum di buka oleh founder and CEO Easy Pha-Max International Datuk David Yeat Sew Chuong, lalu kata sambutan Menteri kesihatan Malaysia, dilanjutkan dengan para professor bio-herbs dari berbagai negara. Mereka memaparkan bukti-bukti dan hasil penelitian mengenai kematian yang diakibatkan oleh efek samping dari penggunaan obat dan kesalahan resep. Katanya, dampaknya terus bertambah dari tahun ke tahun. Penyakit ginjal, jantung, lever, kanker dan berbagai penyakit lainnya, diyakini sebagai bagian dari akibat obat-obatan modern yang dikonsumsi secara bebas atau atas petunjuk dokter dengan tidak bertangung jawab.

Ada satu pernyataan dari dokter (pengobatan modern) yang cukup menarik. Katanya, mereka diminta untuk dapat memberikan dampak cepat dari setiap obat yang diberikan kepada pasien. Kata “Manjur” selalu diartikan cepat. Akibatnya, para dokter menempuh cara yang kurang bertanggung jawab. Pertama, memberikan resep yang terdiri dari banyak varian obat. Kedua, memberikan dosis yang lebih tinggi. Efek dari kesalahan ini, memang tidak instant. Tidak secepat hasilnya. Perlahan tapi pasti, hal ini akan menanamkan bom waktu di dalam tubuh para pasien. Apakah ini hanya terjadi di Philipina?

Forum selanjutnya diisi dengan melihat prospek obat-obatan Bio-Herbs di masa mendatang. Boring, cabut sebentar untuk keliling daerah Putrajaya.

Di Putrajaja, hanya ada satu pusat perbelanjaan. Mall Alamanda. Di mall ini saya menemukan. Starbuck, Coffee Bean, J-co Donuts dan Carrefour. Bedanya, suasananya sangat sepi. Hanya sekitar 100 orang yang berseliweran. Beda banget dengan Jakarta. Selain Mall, saya hanya menemukan Perkantoran dan 1 buah Masjid yang sangat besar. Jadi, jangan berharap bisa mendapatkan tempat untuk kongkow-kongkow di tempat ini.

Di Malaysia perusahaan tidak perlu menggaji tukang parkir atau petugas loket parkir. Semuanya serba mesin. Hanya memasukkan tiket parkir, tertera jumlah yang harus dibayarkan (sekitar 1 ringgit per 2 jam). Kita pun tidak perlu khawatir jika tidak membawa receh, karena mesin tersebut menyediakan uang kembalian. Hebatnya, mesin akan memberitahukan uang pecahan berapa saja yang tersedia kembaliannya. Kalau anda lupa membayar parkir melalui mesin, jangan harap anda bisa keluar meninggalkan gedung. Karena di areal perparkiran, anda tidak akan bertemu tukang parkir yang akan membukakan palang pintu.

Karena di resort cukup jauh dari akses, rekan-rekan dari media Indonesia sedikit komplain kepada panitia penyelenggara. Maklum, di resort tidak tersedia hot spot, sehingga tidak bisa mengirimkan laporan ke Jakarta. Tanggapan sigap dari CEO Easy Pha-Max Indonesia Ms. Jesslyne Lai. Kami berempat, 2 rekan dari Metro TV, Saya serta rekan redaksi Majalah Marketing dipindahkan ke hotel Marriot di Putrajaya. Dream Comes true.

Salam,
Sukardi Arifin

Read more...

Monday, November 17, 2008

Definisi Murah dan Berkualitas

Saya baru saja berbincang dengan salah seorang kawan lama. Kawan yang sejak awal saya kenal sangat antusias manjalani bisnis. Bisnis apa saja. Herannya, kawan saya ini lebih banyak suksesnya daripada gagalnya. Kalau boleh diangkakan, 85% berhasil, 5% biasa aja, sisanya 10% gagal. Rental Mobil, Percetakan, Media, Minimarket, Ritel Hp, Laundry, sampai penyediaan TKI diurusin.

Kalimat sakti yang terlontar kalau ditanyakan kunci suksesnya adalah "Berdoa, Kerja keras, pantang menyerah, tidak mudah putus asa dan jujur". Saya jadi bertanya-tanya dalam hati, apakah teman saya tersebut tidak ingin berbagi kiat suksesnya kepada saya atau mungkin karena memang dia tidak dapat menjelaskan secara rinci apa saja yang dilakukannya dengan lebih baik selama ini, sehingga dia bisa lebih berhasil dari orang kebanyakan ? Karena kalau cuman itu saja modalnya, rasanya semua orang juga BISA ! Apa sih susahnya Berdoa, bekerja keras, Jujur dan tidak mudah menyerah, demi mencapai sebuah keberhasilan ?

Pada banyak seminar MOTIVASI pun kita sering dijejelin dengan kata-kata yang normatif, indah, menggugah namun sulit untuk direalisasikan.Mengapa? karena masih memerlukan inventarisasi dan pendalaman dari setiap kata agar menjadi sebuah atribut yang jelas dan nyata, sehingga dengan mudah dapat diwujudkan dalam sebuah tindakan.

Kita pun sering menyampaikan apa-apa yang menjadi dasar (syarat) kita dalam memilih sebuah produk. Jawaban yang paling umum (kalau boleh dikatakan sebagai jawaban sejuta ummat) adalah "berkualitas tinggi dan harganya murah...dong".

Ternyata kita (saya, teman saya dan mungkin anda) sama-sama tidak JELAS !!

Mumpung ada waktu, mari kita coba bersama-sama mendefinisikan kata Murah dan Berkualitas.

Kita mulai dari definisi "murah".
Murah tentusaja bukanlah sebuah nilai nominal. Karena harga sebuah produk (misalnya sebuah rumah di Menteng atau Pondok Indah) dapat dikatakan murah walaupun sebenarnya berharga Rp 1.000.000.000 (saya ingin menulis Rp 1 Milyar). Atau sebaliknya, sebuah produk dianggap "sangat tidak murah" padahal harganya hanya Rp 1000. Kita sering mendengar atau bahkan melontarkan pernyataan bahwa "murah atau mahal itu relatif".

Relatif terhadap apa ?

Lalu, bagaimana mendefinisikan keinginan konsumen terhadap harga murah ini ?Murah menurut konsumen adalah "harga sebuah produk lebih rendah dari harga yang berlaku dipasaran" atau "lebih rendah dari harga produk-produk yang sejenis dipasaran".

Jadi, berapapun harganya akan dikatakan murah atau sangat murah jika produk lain dijual dengan harga yang lebih tinggi. Kelihatannya sudah selesai, selama tidak diberi imbuhan lagi seperti Murahan atau Kemurahan karena keduanya berasosiasi negatif.

Definisi "Berkualitas".Sebuah Produk/Jasa dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi standar minimal dari kebutuhan atau keinginan konsumen. Namun, setiap produk ataupun Jasa memiliki atribut-atribut sendiri jika ingin dikatakan berkualitas.

AIR MINERAL dapat disebut berkualitas tinggi jika : bersih, jernih, tidak mengandung bahan-berbahaya, menyehatkan, kemasannya aman, kemasannya menarik, dikelola dengan teknologi tinggi, diolah oleh orang-orang berpengalaman sehingga 100% aman dari human error, dan sebagainya.

KORAN dapat dikatakan berkualitas jika : informasinya akurat, no spellling error, isi sesuai dengan tagline dan terget marketnya, berimbang, tidak ikut-ikutan, beritanya terbaru, dikelola oleh orang-orang yang handal sehingga 100% aman dari kesalahan baik dalam informasinya maupun pendistribusiannya, beritanya lugas dan tidak ngolor ngidul, berisi dan tidak hampa, dan lain sebagainya.

Jika kedua produk tersebut saja sudah memiliki atribut kualitas yang berbeda, bagaimana dengan produk lainnya atau JASA ?

Nah, mulai saat ini jika ada pimpinan atau staf diperusahaan Anda yang mengatakan, kita harus bekerja keras dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan...... tanyakan, apa yang dimaksud dengan kerja keras dan pelayanan terbaik itu ?

Lengkapi pertanyaan Anda : apa kategori kerja keras dan memberikan pelayanan terbaik yang belum kami lakukan kepada pelanggan ?

Salam,
Sukardi Arifin

Read more...

Sunday, November 16, 2008

Di Malaysia bersama Easy Pha-Max (Day One)


Hari Pertama (Country Height Resort – Malaysia)

Menuju negara tetangga Malaysia merupakan perjalanan pertama bagi saya. Cukup banyak pertanyaan yang ada dikepala. Seperti apa sih tingkat kemajuan tetangga kita tersebut ? Bagaimana mereka dapat lebih maju dari Indonesia yang dulu adalah “gurunya”? Dan berbagai beberapa pertanyaan lainnya. Semoga saya mendapat jawabannya.

Perjalanan ini dibiayai oleh Easy Pha-Max Indonesia. Perusahaan Bio-Herbs yang terbilang besar berpusat di Malaysia. Easy Pha-Max International sudah ada dibeberapa Negara seperti Thailand, Philipina, Hongkong, Jepang, China, India, USA, Trinidad & Tobago, dan beberapa negara lainnya. Di Indonesia, Easy Pha-Max sudah berusia 4 tahun. Namun, baru mulai serius menggarap pasar Indonesia sejak 1 tahun terakhir....(lengkap mengenai easy pha-max, akan saya tulis dalam judul berbeda..)

Sebelum boarding, kami harus ngumpul bareng rombongan sekitar pukul 07 pagi. Artinya saya start jam 05 pagi dari rumah. Bekasi – Bandara lumayan jauh. Purjono, rekan redaksi dari Majalah Marketing tiba paling awal. Kemudian saya, lalu disusul oleh Mba’ Dian dari Easy Pha-Max sebagai ketua rombongan. Michael dan Shao Ying dari Metro TV (Metro Xin Wen) datang menjelang jadwal keberangkatan. Dua rekan ganteng yang menguasai berbagai Bahasa.

Pesawat AirAsia meninggalkan bandara Soekarno Hatta sekitar pukul 8.35 waktu Indonesia. Anak-anak pesawat (pramugari) AirAsia yang “katanya” cantik, ternyata tidak jauh berbeda dengan pramugari LionAir, Batavia Air maupun AdamAir jika masih boleh menyebut penerbangan yang telah tutup akibat terlilit berbagai kasus kecelakaan. Mungkin anak-anak pesawat penerbangan Malaysia itu, hanya tampak lebih muda dari pramugari Garuda Indonesia yang mengusung image profesional = mature = matang = tua.

Selama perjalanan, udara sangat bersahabat. Pada ketinggian 33.ooo kaki di atas permukaan laut, awan diluar pesawat tampak lebih putih, hanya 1-2 kali terjadi guncangan kecil. Konsep Low Cost Carrier dan efisiensi waktu yang diterapkan memaksa kami untuk boarding lebih awal untuk mendapatkan seat yang diinginkan. AirAsia tidak memberikan nomor seat, “sila duduk ditempat yang lowong” demikian suara pramugari mencoba membantu penumpang yang tidak berpengalaman seperti saya. Kamipun harus membeli minuman dan makanan untuk dapat menghilangkan rasa haus dan lapar selama perjalanan. Wah, sama aja dengan penerbangan domestik. Penerbangan domestik yang selama ini dianggap tidak manusiawi karena hanya memberikan sebotol kecil air mineral, ternyata lebih baik dari penerbangan Internasional yang untuk sebotol air mineral, kita harus merogoh kocek sebesar RM 3 (sekitar Rp 10.000).

AirAsia mendaratkan kami dengan mulus di Kuala Lumpur International Airport atau lebih sering disebut KLIA. Menurut saya, tidak ada sesuatu yang lebih baik dari Bandara ini jika dibandingkan dengan bandara Soekarno Hatta, baik dari kualitas landasan, luas area maupun penataannya. Turun dari pesawat pun masih menggunakan tangga dan bukan menggunakan transporter to arrival gate. Jadi teringat Semarang atau Solo, atau kota lainnya di Luar Jawa.

Setelah antri beberapa menit untuk pemeriksaan keimigrasian kami mengambil barang-barang yang kami titipkan di bagasi. Satu hal yang menurut saya cukup berani (atau mungkin aneh) adalah setiap orang dapat keluar bebas tanpa melalui proses pemeriksaan sama sekali. Bagaimana jika terjadi kesalahan pengambilan bagasi? Atau sekurangnya tertukar? Saya fikir ini kecerobohan sistem, tapi mungkin menurut mereka ini adalah hal biasa, karena di Malaysia tidak ada “maling” bahkan tidak mungkin terjadi pengambilan bagasi yang salah. Dalam hal ini, Bandara Soekarno Hatta lebih hati-hati, dan KLIA lebih cuek.

Sambil menunggu rekan-rekan lainnya menyelesaikan proses imigrasi, saya berkeliling bandara untuk mengabadikan momen-momen yang menurut saya akan berguna untuk bahan cerita kepada teman-teman ketika nanti pulang. Sekumpulan orang saling berdiskusi, berbagai bahasa terlontar. Saya melihat kelebihan (ataukah kelemahan ?) Malaysia adalah di negera tersebut, orang bebas menggunakan bahasa apa saja. Bahasa yang paling dominan adalah Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, kemudian Bahasa Melayu, lalu Bahasa Indonesia dan India. Rasanya aneh, karena menurut hemat saya, Malaysia adalah negara yang cukup tinggi rasa Nasionalismenya. Mengapa saya berkata demikian ? Karena Proton dan Perodua adalah merek mobil yang paling laris di Malaysia. Artinya, jika bukan karena rasa nasionalisme yang tinggi, rasanya tidak mungkin orang dapat berfikir bahwa dua merek tersebut dapat mengalahkan kualitas merek Honda maupun Toyota. Berbeda dengan Indonesia, kita akan merasa “risih” jika melihat orang pribumi yang menggunakan bahasa Inggris atau (apalagi) bahasa Mandarin. Tetapi di sisi lain, kita juga tidak pernah merasa bangga menggunakan produk sendiri. Perasaan aneh yang membingungkan. Dalam beberapa perbincangan dengan orang-orang yang saya temui, masyarakat Malaysia dapat berbahasa Mandarin, Bahasa Inggris dan Melayu dengan tingkat kualitas yang sama. Bahkan pada level masyarakat paling rendah sekalipun seperti sopir taksi, cleaning service, pedagang bahkan tukang koran. Satu Point, yang saya yakini mengapa negara ini begitu cepat bertumbuh. Bukankah bahasa adalah keunggulan paling mendasar ??? (sorry, for three question mark)

Perjalanan dari Bandara (KLIA) menuju Country Height Resort di wilayah Kajang memakan waktu sekitar 40 mnt melalui jalan Tol. Beberapa hal yang cukup menarik untuk diinformasikan selama dalam perjalanan adalah : Pertama, ternyata di Malaysia, ada jalan tol untuk pengguna sepeda motor. Lebarnya kurang lebih 1,2 meter dan berada di sisi kiri jalan untuk pengguna mobil. Walaupun sepanjang perjalanan, saya tidak melihat satu motor pun menggunakan jalan tersebut, atau mungkin karena jumlah motor di Malaysia tidak sebanyak di Indonesia. Apalagi di Jakarta. Hal kedua yang menjadi catatan saya adalah, Malaysia telah menggunakan sistem SMART-TAG atau Touch’nGO untuk pembayaran high-way (tol). Mereka yang melakukan pembayaran dengan card, jalan terus melalui pintu khusus dengan kecepatan maksimal 80 KM/jam. Untuk pengendara yang tidak memiliki card, harus rela mengantri seperti yang kita lakukan dan alami di Jakarta. Ketiga, di Malaysia sikitnya terdapat 5 penyedia BBM yaitu : Petronas, Mobil, Esso, Shell, BHPetrol, dan beberapa lainnya yang belum saya temui setelah berkeliling pada hari pertama. Yang cukup mengherankan, “Pertamina Pasti Pas” tidak ada di Malaysia. Padahal, Petronas dan Shell ada di Jakarta. Kenapa yaa?

Dinner dilakukan di Sunway Lagoon. Kesan pertama mengenai tempat ini adalah MEGAPOLIS banget. Sebuah tempat yang sangat lengkap, mulai dari Hotel, meeting room dan tempat pertemuan terbuka yang bisa menampung sekitar 10.000 orang. Salah satu hal yang paling mencengangkan adalah gedung tersebut memiliki Falls-air terjun alami dengan kedalaman 11 lantai, LUAR BIASA. Para “Usher” yang membuka pintu dan menunjukkan jalan pun tidak kalah luar biasanya. Mereka adalah gadis-gadis seksi Malaysia yang hanya berbikini (maaf - hanya minim Bra dan minim Underwear) sangat-sangat minim. Kalau boleh diibaratkan, hanya seuntai benang yang menutupi tubuh indah mereka. Hanya hal-hal tersebut yang membuat malam itu terasa indah dan perlu dikenang, karena selebihnya adalah “bad news”. Mulai dari hujan yang ga reda-reda, makanan yang rasanya aneh banget dan walaupun kondisinya prasamanan, tapi kami tidak boleh mengambil sendiri, sudah di jatah dan diambilkan oleh para panitia yang menurut saya kurang pantas dan kurang bersih. Sate rasa India di jatah 3 tusuk, Chicken Wing 1 tusuk, Martabak India 1 potong dan Bihun rasa mandarin satu genggam…ya satu genggam karena diberikannya dengan cara di genggam bukan menggunakan sendok atau chopstick. Kalau bahasa betawinya “dirauk”.

Terakhir, sebelum pulang saya memanfaatkan waktu 30 mnt (22.00 –22.30) untuk berkeliling seputar Sunway Lagoon. Harus sedikit berlari-lari kecil saat menyeberang jalan untuk menghindari hujan yang ga reda-reda. Untunglah ada minimarket 24 hours 7-ELEVEN, masuk sebentar untuk membeli beberapa botol air mineral dengan harga sekitar RM 1 (Rp 3500) per botol. Di depan minimarket saya melihat ada penjual VCD. Cek sana-sini, ternyata mereka menjual “Quantum of Solace 007” padahal hunting di beberapa tempat di Jakarta dan Semarang beberapa hari sebelumnya, belum ada yang jual. Tawar-menawar, jatuh pada harga RM 8 (Rp 25.000). Pulang dengan bus rombongan, sampai di Resort pukul 1 dinihari, nonton VCD baru sekitar 1 jam, tidur jam 2, dan hanya 50% dari “Quantum of Solace 007” yang bisa dinikmati, lain waktu dilanjutin. SLEEP TIGHTLY.

See you Tomorrow with other story.
Sukardi Arifin

Read more...

Bacaan Penting bagi Orang Penting

About This Blog

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP