Monday, October 5, 2009

CELAKA : Gempa Pun di-Manfaat-in

Gempa dahsyat guncang padang. Dilaporkan mencapai 7.6 skala Richter. Bangunan porak-poranda. Kerugian material ditaksir melebihi 1 triliun. Wakil Presiden Jusuf Kalla, mengklaim bahwa gempa ini lebih dahsyat dibanding yang pernah terjadi di Jogjakarta. Sejak gempa pertama 30 September 2009, sudah tercatat 605 korban jiwa. Masih banyak korban jiwa yang tertimbun di bawah reruntuhan. Semoga masih ada yang bisa diselamatkan.

Sumbangan dari dalam dan luar negeri terus mengalir. Berbagai kelompok pun berangkat ke Ibukota Sumatera Barat tersebut. Tujuannya sama, meringankan beban saudara kita yang sedang tertimpa bencana.

Tidak sedikit relawan yang bertarung nyawa demi menyelamatkan korban. Mereka kekurangan makan, tapi tetap berjuang. Tanpa pamrih.

Media cetak dan elektronik pun tidak ketinggalan. Tujuannya jelas. Memberikan informasi terkini dan akurat kepada masyarakat. Dengan informasi ini, para relawan dan donatur dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk memaksimalkan bantuan yang akan diberikan. Saya sempat terharu melihat bagaimana masyarakat bergotong royong, dibawah terik matahari dan dingin malam. Tidak sedikit relawan yang harus mengalami luka dan jatuh sakit karena kegigihannya. Benar-benar solidaritas kepada sesama anak bangsa.

Dibalik cerita yang haru-biru, tetap saja ada kelompok dan orang-orang yang tetap berupaya mengambil keuntungan dari kejadian ini. Misalnya: Posko beberapa partai yang berjajar di pinggir-pingir jalan protokol. Dibumbui dengan tulisan POSKO PARTAI tertentu dengan huruf besar-besar. Celakanya, posko itu kosong melompong. Tidak ada orang yang menunggui. Tidak hanya 1 atau 2 partai tapi beberapa partai melakukan hal ini. Mereka benar-benar pamrih. Menyedihkan. Mungkin kekecewaan terhadap hal seperti ini yang menjadikan masyarakat semakin apatis dan menambah jumlah golput dalam pemilu dari waktu ke waktu.

Tidak hanya partai. Menurut Rafiq, salah satu penyiar senior dari I-Radio Jakarta (89.6FM), bahwa ada mayat korban yang harus dipindah-pindahkan dari kantong mayat satu ke kantong mayat yang lain. Tujuannya, hanya sekedar publisitas. Mereka juga ingin agar kantong mayat mereka tersorot media. Masya Allah. Keji sekali perbuatan mereka.

Liputan langsung I-Radio pada hari Senin 5 Oktober pukul 9.00 itu menyampaikan fakta-fakta yang berbeda dari yang telah disampaikan lewat Televisi selama 5 hari terakhir. Selain senior, Rafiq memang orang padang, jadi sangat mengerti soal daerah gempa. Dia menceritakan, bahwa semua SPBU menjual Premium seharga Rp4.500,-. Sedikitnya ada 10 SPBU sepanjang bandara menuju kota, tidak ada antrian. Memang ada yang menjual premium seharga Rp10.000,- tetapi itu bukan SPBU, melainkan pengecer yang berada di daerah yang terisolir. “Jadi tidak pantas kalau digenerelisasi sekota Padang harga premium mencapai Rp 10.000,- itu kan bisa menimbulkan kegelisahan di masyarakat dan menghambat niat mereka yang hendak berangkat ke Padang”, ungkap Rafiq dengan nada sedikit mangkel.

Rafiq juga menceritakan banyaknya bantuan dari perusahaan yang diantarkan langsung kepada korban. Tanpa terlebih dahulu berkoordinasi dengan aparat setempat. Akibatnya, ada wilayah yang menerima bantuan berlebihan. Disisi lain, ada wilayah yang sama sekali tidak menerima bantuan. Parahnya, bantuan hanya terfokus di daerah-daerah yang diliput oleh media Elektronic.

Jadi, apa sebenarnya tujuan dari bantuan yang diberikan?

Tidak heran jika salah seorang korban GEMPA di Tasikmalaya menuliskan :
“KAMI SEDANG DITIMPA BENCANA. TOLONG, JANGAN JADIKAN KAMI TONTONAN UNTUK KEPENTINGAN RATING ANDA !!”

Semoga kejadian ini tidak terulang lagi.

Salam
Sukardi Arifin

Read more...

Bacaan Penting bagi Orang Penting

About This Blog

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP