Tuesday, September 8, 2009

Lagu Indonesia Raya

Heboh juga berita soal anggota DPR yang lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya. Apalagi saat sidang paripurna dengan agenda pembukaan masa sidang terakhir DPR serta pidato kenegaraan Presiden dalam rangka HUT RI ke 64 tanggal 14 Agustus 2009 lalu. Hampir semua media nimbrung membahas KEALPAAN ini. “Tidak mungkin orang sebanyak itu, bisa lupa, apalagi mereka bukan orang biasa, mereka tidak nasionalis, mau jadi apa bangsa ini, ini merupakan PERTANDA…….”, begitu komentar para wartawan, para penulis, pengamat dan orang-orang yang mengklaim dirinya sebagai pemerhati keutuhan bangsa. Mengharukan, jika rasa nasionalis seseorang diukur dengan menggunakan parameter asal teplok.

Lagu Indonesia Raya wajib dikumandangkan pada setiap mengawali dan mengakhiri kegiatan kenegaraan. Tanpa kecuali. Apalagi di gedung DPR. Tempat para dewan dan orang-orang terhormat bangsa ini berkumpul.

Permintaan maaf dari Agung Laksono selaku ketua DPR yang sedang menjabat, dianggap sebagai pembelaan diri. Lebih heboh lagi, ketua fraksi yang notabene juga menjadi bagian dari kealpaan itu, malah ikut protes. Walah….!!! Orang lupa koq di protes, bukannya diingetin. Aya-aya wae…..! Seingat saya, baru kali ini, orang “lupa” di obok-obok dan dipermasalahkan.

Saya jadi teringat dua kejadian berkaitan dengan hal ini.
Pertama, ketika saya melakukan sosialisasi mengenai program konversi minyak tanah ke LPG ukuran 3Kg di kabupaten Ogan Komiring Ilir (OKI) Sumatera Selatan, pertengahan 2008 lalu. Tidak seperti biasanya, acara ini dibuat menjadi sangat formal. Sangat protokoler. Padahal yang hadir, sebagian besar adalah masyarakat umum, dan pemkab diwakili oleh Asisten dua (Asda) bidang perekonomian. Ketika protokol meminta hadirin untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, saya menangkap wajah yang terheran-heran. “Acara begini aja koq pake lagu Indonesia Raya segala sih..?”, mungkin begitu fikiran mereka. Seingat saya, selama tahun 2008, setidaknya saya memberikan pemaparan mengenai konversi tidak kurang dari lima puluh kali. Baik di Jawa tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Dan, hanya kebupaten Ogan Komering Ilir itu tadi.

Kejadian kedua, saat Presiden Amerika yang ke 44, Barack Obama dilantik. Beliau salah mengucapkan sumpah jabatan. Bukankah tidak sepantasnya seorang presiden, apalagi presiden Amerika, melakukan kesalahan? Terutama dimuka umum dan diliput oleh media di seluruh dunia. Apa kata Obama saat itu? “Ini adalah hal biasa, mari kita ulangi….”!!

Apa yang bisa diambil dari kedua kejadian itu?
Pada kejadian pertama, sepertinya sudah menjadi kesepakatan tidak tertulis, bahwa lagu kebangsaan Indonesia Raya, tidak wajib dinyanyikan oleh masyarakat umum. Lagu kebangsaan itu hanya diwajibkan bagi anak-anak sekolah dan para pejabat pemerintah. Diluar dua kelompok itu, apakah karyawan swasta, sopir angkot, wartawan, atau apapun pekerjaannya, selama bukan anak sekolah dan pejabat pemerintah, tidak wajib menyanyikan Indonesia Raya. Walaupun hanya satu kali dalam setahun. Mungkin sudah saatnya bertanya kepada diri sendiri, kapankah terakhir kita menyanyikan lagu Indonesia Raya? Saya sempat berkali-kali menghadiri acara panjat pinang, lomba karnaval atau perlombaan lain yang dilakukan untuk menyambut hari Kemerdekaan RI. Tapi, saya tidak melihat ada pak RT, atau pak RW atau bahkan pak Lurah yang memulai perlombaan dengan mengajak anak-anak atau para peserta untuk mengumandangkan lagu Indonesia Raya.

Kedua, kita cenderung membesar-besarkan masalah yang tidak substantial. Presiden Amerika saja bisa melupakan hal seperti itu, soalnya dianggap tidak begitu penting, karena mereka memiliki urusan yang jauh lebih penting untuk diurusi. Mengapa kita membahas yang tidak penting sampai berhari-hari, semua media “turun gunung”. Mendatangkan para pengamat, untuk berdialog dan mengamati fenomena kelupaan tersebut. Apa yang diamati? Bukankah sudah menjadi rahasia umum bahwa para siswa yang mengumandangkan Indonesia Raya tanggal 17 setiap bulannya pun masih banyak yang tidak hafal teksnya. Atawa, jangan-jangan para pengamat yang menamakan dirinya sebagai pemerhati keutuhan bangsa pun tidak hafal lagu Indonesia Raya. “...Uedan tenan, rek..”, mungkin gitu ungkapan para bonek.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan ungkapan yang sudah sering disampaikan :
Mulailah dari diri sendiri, dari hal paling kecil dan dari SEKARANG.

Bagaimana kalau semua yang membaca tulisan ini, memulai untuk membiasakan pada acara HUT RI dilingkungan RT masing-masing agar memulai lomba dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. At least, kita dapat turut menyanyikan lagu kebangsaan kita itu sekali dalam setahun. JANGAN KIRIM TULISAN INI KEPADA PEMERINTAH. Jangan meminta pemerintah untuk membuat peraturan tersebut. Jangan! Mulai saja dari diri Sendiri dan lingkungan sendiri. Jangan meminta RT lain di pulau lain untuk menyanyikan Indonesia Raya saat perayaan HUT RI, sementara di RT kita sendiri tidak dikumandangkan.

Berikut ini saya ikutkan Teks Lagu Indonesia Raya. Siapa tahu saking lamanya tidak menyanyikannya, kita pun sudah melupakan syairnya.

Indonesia Raya
Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku
Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta

Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya


Dalam teks lagu asli yang ditulis oleh Wage Rudolf Soepratman, pada tahun 1924 ada tambahan teks berikut ini :

Indonesia Tanah yang mulia
Tanah kita yang kaya
Di sanalah aku berada Untuk slama-lamanya

Indonesia Tanah pusaka Pusaka Kita semuanya
Marilah kita mendoa Indonesia bahagia

Suburlah Tanahnya Suburlah jiwanya
Bangsanya Rakyatnya semuanya

Sadarlah hatinya Sadarlah budinya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Tanah yang suci Tanah kita yang sakti
Disanalah aku berdiri ‘njaga ibu sejati

Indonesia! Tanah berseri Tanah yang aku sayangi
Marilah kita berjanji Indonesia abadi

Slamatlah Rakyatnya Slamatlah putranya
Pulaunya lautnya semuanya
Majulah Negrinya Majulah Pandunya
Untuk Indonesia Raya


Salam
Sukardi Arifin

0 comments:

Bacaan Penting bagi Orang Penting

About This Blog

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP