Monday, September 14, 2009

Petunjuk Jalan



Melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, Sendirian? Kendala yang terbayang dari sebagian orang yang belum pernah melakukan perjalanan keluar negeri, adalah tersesat. Alasan ini didasarkan pada kondisi di Negara kita, dan menganggap akan sama dengan yang ada diluar sana.

Teman saya dari Bandung, biasanya menggunakan bis atau kereta untuk menuju Jakarta. Selanjutnya, ketempat manapun menggunakan jasa taksi. Kali ini, untuk pertama kalinya dia ke Jakarta dengan menyetir sendiri, dengan tujuan Mal Blok M. Sudah saya ingatkan agar banyak bertanya, dan jangan sok tau. “Jalan-jalan di Bandung memang lebih sulit dengan banyaknya jalur satu arah, tapi jalan di Jakarta sangat panjang dan jumlahnya sangat banyak, sekali kesasar bisa bablas ke Tangerang atau malah ke Cikarang”, begitu kurang lebih pesan saya sebelum dia memulai kenekatannya. Tapi, dia ingin mencoba keberuntungannya. Dia ingin mencoba tidak bertanya sama sekali, dan hanya bergantung pada petunjuk jalan yang ada. Nekat
bin Konyol !!!

Di Jalan-jalan seluruh Indonesia, kita harus banyak bertanya. Karena petunjuk arah yang diinginkan sangat sulit ditemui, bahkan setelah ditemui pun sangat sulit diikuti. Saya dan rekan yang sudah berulangkali ke Mal Blok M, masih saja bingung harus berputar dimana. Kalau sampai salah, terpaksa harus berurusan dengan pak Polisi.

Kembali ke Teman saya yang nekat tadi. Masuk Pintu tol Pasteur Bandung jam 10 lewat 12 menit dan baru berhasil sampai di Mal Blok M jam 9 lewat 43 menit di malam hari. Dia tidak bertanya sama sekali. Bahkan saat ditangkap polisi sebanyak 3 kali karena salah jalan, dia tidak menyebutkan tujuannya adalah Mal Blok M. Dia sangat puas, dan juga sadar bahwa di Jakarta sangat minim informasi petunjuk jalan yang sistematis. Rute Bandung - Blok M, harus melewati jalan Tanjung Priok, Ancol, Grogol, Slipi, Tanah Abang, Harmoni, Pasar Baru, Kemayoran, Cempaka Putih, Senen, Gambir, Thamrin, Sudirman dan Mal Blok M. Untungnya Gambir, Thamrin dan Sudirman adalah jalan poros yang tidak terputus. Kalau tidak, bisa-bisa lebih lama lagi. Karena, teman saya berprinsip baru akan berbelok arah kalau benar-benar sudah mentok. “Melelahkan, menantang, menjengkelkan, tapi menyenangkan!” ungkapnya.

Saya ingin dia mencoba rute Jogjakarta, karena kalau salah arah dan nunggu mentok baru berbelok, dia akan bertemu dengan kota Solo atau kota Semarang.

Tersesat dan salah jalan merupakan hal biasa di negara ini. Tidak heran kalau sopir taksi sering menyampaikan “kalau tidak tahu jalan, bisa mutar jauh atau malah ga sampai ke tujuan”. Jadi, syaratnya harus tahu jalan. Bagaimana mungkin mengetahui jalan, sementara ini kali pertama ke Jakarta. Celaka!

Keberadaan sebagian petunjuk jalan di Jakarta sangat memprihatinkan. Lantaran ada yang rubuh tertabrak bus, terhalang pepohonan, terhalang spanduk/baliho liar, atau warna dan tulisannya hilang karena tidak ada jadwal perawatan yang terskedul.

Gambar no 5 di atas cukup unik. Gambar petunjuk jalan di Indonesia. Uniknya lantaran diketahui bahwa tinggi petunjuk jalan, sudah disesuaikan dengan ukuran kendaraan yang ada. Tapi masih saja penyok akibat tertabrak atap kendaraan, jadi berapa tinggi kendaraan yang melintas? Apakah tidak akan membahayakan jembatan penyeberangan yang ada didepannya?

Di awal, saya memulai tulisan dengan perjalanan dinas keluar negeri. Saya jadi terkenang saat pertama kali berkunjung ke negeri jiran kita, Malaysia. Saya buka lagi arsip-arsip photo selama perjalanan. Empat photo (No 1-4) yang lain mungkin bisa memberikan inspirasi.

Apa yang berbeda dari lima gambar di atas?
Mereka memberikan petunjuk dengan sangat jelas pada hampir semua persimpangan, baik di persimpangan kecil maupun besar. Hampir disemua tempat. Bahkan hal-hal yang mungkin tidak kita anggap penting pun mereka informasikan. Seperti lokasi bank, hotel, tempat bermain, kantor pos, pom bensin dan kantor-kantor pelayanan publik lainnya.

Teman saya mungkin pernah ke Genting Highland Malaysia, sehingga dia sangat yakin dapat menemui Mal Blok M tanpa perlu bertanya. Seingat saya, selama dua hari di Genting Highland, saya tidak pernah bertanya dimana letak restaurant, toko buku, minimarket atau lainnya. Saya dapat berjalan kemana saja tanpa merasa khawatir kesasar. Saya hanya dengan mengandalkan petunjuk arah, dan bisa sampai ditujuan melalui jalan utama atau atau jalan pintas. Rasanya logika sopir taksi “kalau tidak tahu jalan, bisa mutar jauh atau malah ga sampai ke tujuan dan syaratnya harus tahu jalan” tidak berlaku di tempat ini.

Kapan ya kita bisa YAKIN bahwa 20KM di depan akan ada Minimarket, Pom bensin atau ATM, padahal kita tidak pernah melewati jalan tersebut sebelumnya ???

Saya memiliki keyakinan bahwa para Pengusaha Rastaurant, Perbankan, Pom Bensin, Hotel, Perumahan dan pemilik Mal, bersedia sharing biaya untuk memasang informasi tersebut disetiap persimpangan jalan. SEMOGA DAPAT TEREALISASI.

Salam
Sukardi Arifin

0 comments:

Bacaan Penting bagi Orang Penting

About This Blog

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP