Monday, September 7, 2009

MAGNET BISNIS SELULAR

Pertumbuhan dunia selular yang spektakuler juga dipicu oleh kepemilikan multi ponsel oleh konsumen. Termasuk pula dalam ragam penggunaannya. Hal ini ke depan akan turut mendorong bidang bisnis lain untuk ikut menceburkan bisnisnya dalam dunia selular. Bagaimana Prediksinya

Saat ini, kebutuhan akan komunikasi semakin tidak dapat dihindarkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SurveyOne baru-baru ini, lebih dari 50% pengguna ponsel, menelpon (call out) antara 9-15 kali dalam sehari. Bahkan, 7.4% diantaranya mengaku menelpon lebih dari 20 kali dalam sehari. Disisi lain, pengunaan ponsel untuk mengirim pesan singkat (SMS), rata-rata 53 kali dalam sehari. Frekuensi mengirim SMS bagi kelompok remaja, jauh lebih tinggi. Dalam sehari, rata-rata 78 pesan singkat yang dikirim oleh kelompok ini.

Dengan kenyataan ini, rasanya kebutuhan akan komunikasi dapat digolongkan menjadi salah satu dari 10 kebutuhan pokok, melengkapi sembilan kebutuhan pokok yang sudah dikenal lebih dulu.

Menurut Asosiasi Telepon Selular Indonesia (ATSI), pertumbuhan jumlah handset rata-rata 20% per tahun. Pada bulan November 2007, jumlahnya telah mencapai 80 juta handset. Diperkirakan pada medio 2009 ini, jumlah yang beredar di seluruh Indonesia sekitar 115 juta. Angka ini masih lebih kecil bila dibandingkan dengan data yang di release oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), yang mencapai angka 160 juta handset. Tidak mengherankan jika benda yang satu ini bisa ditemukan dimana saja. Di sawah, gunung, pulau kecil apalagi di perkotaan.

Pertumbuhan ini juga didorong oleh kebiasaan masyarakat perkotaan untuk memiliki lebih dari satu handset. Dengan alasan memisahkan urusan pribadi dan bisnis, sebanyak 45.2% mengklaim harus memiliki dua handset. Tidak hanya dua, 7.2% terpaksa harus memisahkan urusan keluarga, bisnis dan sangat pribadi, sehingga harus memiliki tiga sampai empat buah handset.

PASAR LOW dan HIGH END
Seperti produk-produk lainnya, karakter pasar Handphone pun berbentuk seperti piramida. Dimana pasar dibagi dalam tiga segmen, pertama adalah segmen Low-End. Pasar Low-End adalah kelompok masyarakat yang menggunakan ponsel dengan harga maksimal Rp 1,5 juta. Segmen ini sangat besar, dengan persentase mencapai 65.2%, hampir semua produsen ponsel nyemplung di segmen ini. Segmen berikutnya yang juga cukup besar adalah segmen dengan range harga ponsel antara Rp 1,5 juta hingga Rp 4 juta sebesar 29.2%. Sementara pangsa pasar High-End hanya sebesar 5.6%.

Pilihan merek dan jenis handphone pun semakin beragam. Berbagai Fitur terus dikembangkan dan ditawarkan oleh para produsen. Research in Motion (RIM) selaku produsen Blackberry, cukup mengejutkan pasar handphone pada awal tahun ini. Dengan keunggulan push email dan selalu terhubung pada global news and network, BB (demikian biasa merek ini disebut), mulai mengenggam 0.4% pangsa pasar.

Nokia, sebagai merek yang cukup lama bermain di pasar Indonesia, tidak melepaskan ketiga segmen pasar yang ada. Secara keseluruhan, Nokia merupakan merek yang paling banyak digunakan. Lima besar merek-merek ponsel yang digunakan adalah Nokia (72.2%), Sony Ericsson (22.6%), Esia/Huawei (9.6%), Samsung (5.4%), dan Motorola (3.8%).

ALASAN dan PERILAKU
Strategi tepat sasaran mesti terus dikembangkan oleh para produsen ponsel untuk dapat meraih pasar Indonesia yang semakin competitif. Konsumen Indonesia memiliki perilaku yang berbeda saat membeli ponsel yang pertama (ponsel utama) dengan ponsel yang kedua (ponsel pelengkap). Pemahaman terhadap perbedaan ini akan membantu dalam menajamkan strategi.

Ponsel dengan kualitas bagus, easy to use dan modelnya menarik menjadi pertimbangan utama dalam memilih ponsel pertama kali atau untuk mengganti ponsel utama. Sementara untuk ponsel kedua, harga murah, pilihan modelnya banyak, dan teknologinya CDMA/ DUAL yang dijadikan sebagai syarat utama.

Tidak cukup hanya sekedar mengetahui hal-hal yang dijadikan pertimbangan dalam memilih sebuah ponsel, untuk mengembangkan marketing strategy. Lebih jauh lagi, mengetahui kebiasaan konsumen saat akan membeli ponsel, akan memberikan masukan yang sangat berharga dalam menentukan pilihan terhadap bentuk komunikasi yang akan digunakan. Peluang untuk dijadikan sebagai pilihan, bagi merek ponsel yang tidak melakukan komunikasi Above the Line, hanya 20.2%. Karena, 79.8% konsumen yang akan membeli ponsel, telah menentukan merek yang akan dibeli. Walaupun 14.6% diantaranya akan berdiskusi dengan penjual terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli sebuah merek ponsel. Artinya, peran penjaga toko dalam mempengaruhi konsumen yang akan membeli ponsel adalah 34.8%.

Berapa kali anda melakukan penggantian ponsel dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini? Jika anda belum mengganti ponsel dalam kurun waktu tersebut, anda termasuk 30% konsumen ponsel di Indonesia. Sisanya, 70% konsumen menyatakan bahwa mereka melakukan penggantian ponsel dalam rentang waktu dua tahun. Selanjutnya, konsumen yang melakukan pengantian sedikitnya sekali dalam dua tahun sebanyak 18.8%, dua kali (27.2%), tiga kali (15.0%), empat kali (5.4%) dan mengganti ponsel lebih dari empat kali adalah 3.6%.

Alasan melakukan penggantian ponsel pun cukup beragam. Mulai dari mengganti dengan model yang lebih baru (57.1%), hilang (15.2%), rusak (14.0%) hingga karena fiturnya dirasakan sudah tidak memadai lagi (10.0%).

ASURANSI HANDPHONE
Pasar ponsel sangat besar dan pertumbuhannya relatif konsisten. Pasar ini masih cenderung akan meningkat dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Pertumbuhan ini, memiliki daya tarik yang kuat. Sehingga tidak hanya produsen ponsel saja yang terus bertambah. Produsen asesoris pun ikut mengail rejeki. Sebut saja, bisnis chasing, cover, dan memory card. Terakhir, bisnis asuransi ponsel pun tidak mau ketinggalan.

Tingkat kerusakan ponsel relatif tinggi, mencapai 73.2%. Penyebabnya bermacam-macam. Bisa saja dari cara penggunaan yang tidak tepat, maupun akibat cacat produksi. Jenis kerusakan pun bermacam-macam, hang, baterai drop, mati total, keypad yang kurang berfungsi, terjatuh hingga terendam air.

Memahami keadaan ini, para pemain di bisnis asuransi, menangkap peluang pasar. Premi berdasarkan harga ponsel dengan kisaran antara Rp 50 ribu hingga Rp 250 ribu yang berlaku selama satu tahun untuk ponsel baru, mereka akan memberikan fasilitas perbaikan untuk semua jenis kerusakan. Baik untuk kerusakan akibat cacat produksi maupun akibat kelalaian penggunaan, seperti terjatuh dan terendam air. Premi ini belum men-cover kehilangan.

Tingkat ketertarikan masyarakat pengguna ponsel pun cukup tinggi, mencapai 61,8%. Artinya, masih terdapat gap kepuasan masyarakat terhadap pelayanan perbaikan ponsel selama ini. Selanjutnya, kita tunggu bisnis apa lagi yang akan tersedot oleh pasar ponsel di Indonesia.

Sukardi Arifin

0 comments:

Bacaan Penting bagi Orang Penting

About This Blog

  © Blogger template The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP